Review Bulanan Juli 2018
Tuesday, 2 January 2018
Add Comment
Pada sepanjang bulan Juli IHSG bergerak turun dengan sangat signifikan. Pada tanggal 2 Juli IHSG dibuka dengan nilai 5828 dan ditutup pada tanggal 31 Juli sebesar 5936 naik sebesar -1,8%. Untuk nilai tukar rupiah terhadap US Dollar bergerak melemah dari 14.324 pada 1 Juli menjadi 14.420 pada 31 Juli. Harga minyak mentah WTI mengalami kenaikan di bulan April dari $73,94/bbl pada 2 Juli menjadi $68,76/bbl pada 31 Juli atau turun sebesar -7% dalam sebulan. Harga emas dunia bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menurun dari $1.239/oz menjadi $1.223/oz sepanjang bulan Juli dengan kecenderungan downtrend.
Berikut ini yakni hightlight gosip emiten di Bursa Efek Indonesia pada bulan Juli 2018 terutama gosip mengerikan mengenai Tiga Pilar Sejahtera (AISA):
Emiten produsen polyster dan tekstil PT Indo-Rama Synthetics Tbk. (INDR) menaikkan kapasitas produksi sebesar 20% atau 55.000 ton per tahun hingga 2020. Direktur Utama Indo-Rama Synthetics Visnu Swaroop Baldwa menyampaikan, utilisasi pabrik perusahaan mencapai 100%, sesampai kemudian perlu menambah kapasitas produksi polyster. Pada 2020, dibutuhkan kapasitas produksi meningkat sekitar 20% atau 55.000 ton menuju 275.000 ton per tahun. 'Pengembangannya ada dua fase. Fase pertama diperkirakan selesai simpulan tahun ini dengan penambahan kapasitas sekitar 15% dari 55.000 ton [8.250 ton]. Seluruhnya selesai 2020,' ujarnya, Jumat (29/6/2018). Menurut Baldwa, penambahan kapasitas produksi polyster sebesar 55.000 ton selama dua tahun membutuhkan biaya US$60 juta. Sumber pendanaan berasal dari kas internal.
2. Barito Pacific (BRPT)
Kinerja keuangan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sepanjang kuartal pertama tahun ini tak begitu moncer. Meski mencatat kenaikan pendapatan, BRPT mengalami penurunan keuntungan higienis yang signifikan. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (2/7), BRPT memperoleh pendapatan higienis sebesar US$ 697,54 juta. Pendapatan higienis naik 9,76% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu sebesar US$ 635,54 juta. Pendapatan BRPT naik disokong oleh bertambagnya pendapatan di sektor petrokimia sebesar 21,8%, sewa tanki dan dermaga naik 10,2%, serta pendapatan dari sewa propeti dan hotel yang melonjak 87%. Namun, pendapatan BRPT dari industri pengolahan kayu turun 51,1%, serta pendapatan dari ekspor petrokimia juga turun 14,5%. Sayang, kenaikan pendapatan tersebut juga diiringi dengan naiknya beban pokok pendapatan dan beban langsung, sebesar 21,3% yoy menjadi US$ 559,06 juta. Selain itu, beban keuangan BRPT juga naik berlipat ganda. Sepanjang kuartal-I 2018, beban keuangan BRPT tercatat senilai US$ 20,49 juta atau naik 93% dari tahun sebelumnya. Beban bunga dari utang bank dan obligasi berkontribusi paling besar pada kenaikan beban keuangan perusahaan ini. Beban bunga dari utang bank BRPT naik 55,2% yoy menjadi US$ 11,5 juta. Sementara, beban bunga dari obligasi BRPT meroket sebesar 470,1% yoy menjadi US$ 6,17 juta dari sebelumnya US$ 1,08 juta. Ditambah lagi, BRPT juga menderita kerugian kurs mata uang ajaib higienis yang cukup dalam yaitu sebesar US$ 3,93 juta. Padahal, periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih menerima keuntungan dari mata uang ajaib higienis sebesar US$ 1,26 juta. Dengan demikian, keuntungan periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk BRPT pun merosost 60,93% menjadi hanya US$ 19,13 juta. Pada periode yang sama tahun lalu, keuntungan BRPT sebesar US$ 48,96 juta. Adapun, hingga kemudian simpulan Maret 2018, liabilitas BRPT tercatat sebesar US$ 1,52 miliar, lagikan jumlah ekuitas sebesar US$ 2,07 miliar. Jumalh aset BRPT per simpulan kuartal pertama sebesar US$ 3,59 miliar.
3. Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC)
PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) memperoleh kenaikan keuntungan tahun berjalan di semester I-2018 sebesar 56%. Adapun kenaikan itu dari Rp 59,9 miliar di semester I-2017 menjadi Rp 94,8 miliar. Direktur Utama IPCC Chiefy Adi Kusmargono menyampaikan targetnya perolehan keuntungan perusahaan di 2018 dibutuhkan mencapai dua kali lipat. Adapun keuntungan perusahaan di tahun kemudian yakni Rp 130,1 miliar.
4. Pollux Properti (POLL)
PT Pollux Properties Indonesia Tbk (POLL) mempunyai sasaran ambisius di tahun 2018 ini. Perusahaan yang gres saja menginjakkan kaki di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (11/7) ini, berharap sanggup mencatatkan kenaikan pendapatan empat kali lipat hingga kemudian simpulan tahun ini, menjadi sebesar Rp 1,6 triliun. Tak hanya pendapatan saja, perusahaan tersebut juga berencana mencatatkan kenaikan keuntungan hingga kemudian sebesar Rp 400 miliar. Target tersebut naik drastis ketimbang realisasi keuntungan higienis perusahaan properti ini di sepanjang 2017 lalu, yang hanya Rp 100 miliar. Artinya, Pollux pun menargetkan keuntungan melonjak empat kali lipat atau tumbuh sekitar 300%.
5. Kino Indonesia (KINO)
Produsen produk kesehatan dan perawatan personal, PT Kino Indonesia Tbk menargetkan kenaikan keuntungan sebesar 35% di tahun ini. Demi mencapai target, emiten berkode KINO ini menyiapkan sedikit strategi. Chief Financial Officer KINO Budi Muljono mengatakan, pihaknya akan mengubah sistem distribusi dengan multi distributor. 'KINO menangani sendiri agen pihak ketiga sesampai kemudian jalur komunikasi menjadi lebih eifisien,' ujar Budi. Sebelumnya, KINO mempunyai anak perjuangan PT Duta Lestari Sentratama (DLS) yang khusus menangani distribusi produk-produk KINO. Dengan taktik gres ini, DLS bertugas memperluas jaringan dan penjualan lewat cabang-cabang yang sudah dimiliki. 'Sesampai kemudian, berkembang secara intensif dan ekstensif,' kata Budi. Selain mengubah taktik distribusi, KINO juga berencana membagi segmen personal care menjadi dua bagian. Budi menilai, dengan taktik tersebut masing-masing merek dalam segmen tersebut sanggup berkembang lebih besar. Dengan planning penjualan yang terus tumbuh, KINO berencana menambah kapasitas produksi. Meski begitu, Budi enggan merinci planning penambahan kapasitas produksi di tahun ini. Yang pasti, ketika ini kapasitas produksi KINO sebesar 293.000 kilo liter per tahun.
6. Tiga Pilar Sejahtera (AISA)
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) memastikan tak sanggup memenuhi kewajiban pembayaran kupon obligasi dan sukuk ijarah I tahun 2013, yang jatuh tempo pada esok hari, Kamis (19/7). Menurut perseroan, kondisi kas dan setara kas tak memadai kepada memenuhi kewajiban tersebut. Meski memastikan kondisi kas dan setara kas tak memadai pembayaran kupon surat utang, dalam keterangan resminya Joko belum menginformasikan detil dana internal yang dimiliki. Bahkan, di lain pihak, hingga 18 Juli kemudian administrasi TPS Food juga belum memberikan laporan keuangan kuartal I-2018.
7. Mitra Adiperkasa (MAPI)
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) melalui anak usahanya PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) terus membuatkan gerai kopi miliknya Starbucks. Ekspansi ini guna mendukung upaya pertumbuhan di segmen food & beverages (F&B) MAPI. Fetty Kwartati, Head of Corporate Communications MAPI sekaligus Direktur MAPB menyampaikan, tahun ini kinerja perusahaan ditargetkan tumbuh pada level 15%. Salah satu katalis pertumbuhan yakni segmen F&B yang salah satunya kontributor utamanya yakni Starbucks. “Semester I tahun 2018, Starbucks sudah buka 29 gerai (baru), lokasinya mix antara mal, office building, residence area, airport, train station dan rest area,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Senin (23/7). Jumlah tersebut hampir setengah dari sasaran tahun ini yang dipasang dilevek 60 gerai baru, dengan pertumbuhan gerai yang semakin besar harapannya bantuan segmen F&B juga akan meningkat. Catatan Kontan.co.id, Starbucks menargetkan pertumbuhan penjualan meningkat di level 20% tahun ini. “Realisasi 29 gerai dari (target) 60 gerai tahun ini,” lanjutnya. Ekspansi gerai Starbucks masuk dalam planning MAPI menambah gerai dengan luasan total mencapai 60.000 meter persegi (m²). Untuk itu, perusahaan mengalokasikan dana belanja modal tahun ini sebesar Rp 800 miliar.
8. Acset Indonusa (ACST)
PT Acset Indonusa Tbk. mengincar pekerjaan infrastruktur yang masuk ke dalam kategori proyek strategis nasional sejalan dengan taktik perseroan yang selektif dalam menentukan kontrak.
Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa Maria Cesilia Hapsari menterangkan bahwa emiten berkode saham ACST itu membidik proyek dengan nilai yang cukup besar dan kompetensi rumit. Dari situ, perseroan sanggup mendapatkan margin yang diincar. Dia mencontohkan kepada pekerjaan fondasi dengan tingkat ke dalaman di atas 90 meter. Untuk proyek gedung, ACST membidik proyek dengan tingkat kesulitan tinggi dan nilai besar yang juga memperlihatkan nilai tambah bagi konsumen. “Untuk proyek infrastruktur, tender pemerintah yang kami incar yakni yang termasuk dalam proyek strategis nasional [PSN] alasannya yakni proyek tersebut lebih diutamakan kepada dilaksanakan,” ungkapnya kepada Bisnis.com, Selasa (24/7/2018). Dalam pengerjaan proyek infrastruktur, sambungnya, ACST akan menggandeng kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Langkah tersebut ditempuh kepada melengkapi kompetensi yang dimiliki. Sebagai catatan, Acset Indonusa dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. tengah berkolaborasi membidik tender proyek jalan tol dengan asumsi nilai kontrak mencapai Rp4,7 Triliun. Beberapa tender yang tengah dikuti antara lain pekerjaan jalan tol Jakarta—Cikampek (Japek) dan tol Serpong—Balaraja.
9. Kobexindo Tractors (KOBX)
Emiten alat berat, PT Kobexindo Tractors Tbk. berhasil membukukan keuntungan higienis senilai US$1,53 juta pada paruh pertama tahun ini, atau melonjak 90,24% year on year. Direktur Utama Kobexindo Tractors Humas Soputro mengungkapkan, lonjakan itu tak lepas dari tingginya seruan dari alat berat, khususnya dari sektor pertambangan. Pada semester I/2018, Kobexindo berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 45,83% menjadi U$41,78 juta dibandingkan periode sama tahun kemudian sebesar US$28,65 juta.
10. Tiga Pilar Sejahtera (AISA)
Rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. kian memanas, alasannya yakni lebih dari 50% tak mendapatkan laporan keuangan 2017. Dalam kegiatan yang dilaporkan ke BEI, RUPS ini dimulai pada 14.00 WIB. Namun, antrian investor sangat panjang, sesampai kemudian dibutuhkan waktu sekitar satu jam 30 menit kepada proses registrasi. RUPS Tahunan emiten bersandi saham AISA pun dimulai sekitar pukul 15.30 WIB. Ratusan investor institusi dan ritel memenuhi auditorium Tiga Pilar. Bangku penuh. Beberapa investor pun menentukan duduk di tangga, demi memperjuangkan hak suara. Dinginnya ruang auditorium, seketika berubah pengab, dipenuhi dengan teriakan-teriakan. Sesekali ada cacian, “Tak becus!” Investor ritel Tiga Pilar Sejahtera Food Hariyanto Bhakti mengatakan, investor yang hadir tak percaya dalam pengelolaan keuangan. Dia mengatakan, sudah ada 60% investor yang tak menyetujui laporan keuangan 2017 AISA.
Sumber https://www.stockdansaham.com/
0 Response to "Review Bulanan Juli 2018"
Post a Comment