5 Alasan Kenapa Trading Harian Tidak Menang Dalam Jangka Panjang

Kebanyakan orang yang berinvestasi saham menentukan kepada menjadi seorang trader yang melaksanakan transaksi jual beli dalam jangka pendek. Profit yang terlihat tinggi dalam waktu singkat membuat banyak orang tertarik dengan posisi ini. Bayangkan saja suatu saham sanggup naik hingga kemudian 30% dalam sehari yang membuat setiap orang niscaya termakan kepada menjadi salah seorang yang beruntung kepada membeli sebelum naik dan menjual sesudah naik. Oleh lantaran itu mereka bahagia kepada menjadi trader harian dan berusaha mencari saham-saham yang berpotensi kepada naik keesokan harinya dan menjualnya kepada mendapat profit yang besar dan beralih pada saham potensial selanjutnya. Terlihat anggun memang namun tak ibarat itu kenyataannya, sounds good but doesn't work. Itu cukup pepatah yang sempurna kepada menggambarkan kenyataan ini. Kalau ada yang berhasil dengan metode ibarat ini jangankan kepada menjadi kaya, orang tersebut akan menjadi salah satu orang terkaya di dunia dan biografinya akan tertulis bahwa beliau meraih posisi kekayaannya dengan day trading. Namun lihatlah posisi orang-orang terkaya di dunia yang notabene lebih banyak didominasi mendapatkannya dari investasi saham, namun apakah filosofi mereka demikian?
 Kebanyakan orang yang berinvestasi saham menentukan kepada menjadi seorang trader yang melaku 5 Alasan Kenapa Trading Harian Tidak Menang Dalam Jangka Panjang

Memang dalam sedikit waktu jangka pendek seorang trader akan menang dan meraih profit yang tinggi. Bahkan profit tersebut yang tinggi membuat trader tersebut sangat bahagia dan percaya pada taktik tersebut. Setelah mendapat profit yang tinggi kekalahan-kekalahan atau kerugian trading dianggap sebagai kesalahan diri dan dinggap biasa saja. Namun apabila dikalkulasikan secara jangka panjang kerugian tersebut akan merusak kinerja investasi dalam jangka panjang. Orang terkaya di dunia berorientasi jangka panjang dan terbukti mengalahkan trader yang bermain jangka pendek. Oleh lantaran itu akan dibahas dalam artikel ini mengapa trading sanggup kalah dalam jangka panjang:

1. Persentase yang Tidak Setara Pada Kenaikan dan Penurunan
Jika anda orang yang suka menganalisa maka anda akan menyadari bahwa persentase kenaikan dan peurunan investasi taklah setara. Contohnya saja apabila anda berinvestasi dengan US$ 100 dan mendapat profit sebesar 10% maka nilai investasi anda menjadi US$ 110 dan anda untung US$ 10. Namun apabila anda kehilangan -10% dari modal maka nilai investasi anda tinggal US$ 90 atau anda kehilangan US$ 10. Kelihatannya sama namun itu berbeda dan inilah penterangannya. Masih pada teladan yang sama berapakah besar persentase kenaikan semoga trader tersebut sanggup mengembalikan modalnya dari US$ 90 ke US$ 100 lagi? Jawabannya bukanlah 10% namun 11,1% yang artinya trader tersebut harus profit 11,1% kepada mengembalikan ke posisi semula dan semakin besar penurunan maka persentase kenaikan yang harus dibayar menjadi lebih besar pula. Katakanlah trader tersebut mengalami penurunan -50%, US$ 100 menjadi US$ 50. Maka trader tersebut harus meniru uangnya atau profit 100% gres sanggup mengembalikan modalnya kembali. Rumus matematika sederhana inilah yang sanggup menghancurkan jalan kesuksesan para trader. Hal itu lantaran mereka melawan aturan matematika yang ada. Sedangkan investor jangka panjang tak mempedulikan penurunan dalam jangka pendek dan bersabar menunggu hingga kemudian profit kemudian menjualnya yang berarti menghindari kerugian yang terjadi. Warren Buffett menyampaikan "Rule no 1: Never lose money, Rule no 2: Don't forget rule no 1".

2. Menikmati Keuntungan Jangka Pendek
Kebanyakan trader terlena dengan laba yang diraihnya dan kebanyakan orang melaksanakan hal yang sama. Apa yang terjadi apabila saham anda naik dan anda menjualnya kemudian kemudian mendapat keuntungan? Apakah anda menginvestasikan dananya kembali atau menghabiskan keuntungannya? Kebanyakan trader menentukan opsi yang terakhir sebagai sarana pemuas diri dan refreshing kepada menikmati hasil lantaran mereka telah bekerja keras dalam menganalisa. Ini yaitu hal yang fatal lantaran seharusnya laba dijadikan modal kepada mendapat laba yang lebih besar lagi. Hal psikologis tersebut sanggup dihindari oleh investor jangka panjang lantaran mereka berkomitmen kepada jangka panjang dan tak menjualnya hingga kemudian mencapai potensi maksimal dari sahamnya.

3. Tidak Mendapatkan Keuntungan Dari Efek Compounding
Masuk dan keluar dalam saham terlihat menyenangkan namun pada kenyataannya seseorang yang ibarat ini melewatkan sebuah dampak yakni compounding. Menjual ketika naik 10% atau 20% tak akan sebagus ketika menjual ketika naik lebih dari 100% yakni ketika berinvestasi jangka panjang. Seringkali ketika suatu saham sudah naik dan membentuk tren maka saham tersebut susah turun dan ketika sudah terlanjur menjual 10% maka seorang trader akan berpikir dua kali ketika harga sudah naik lebih tinggi lagi. Akhirnya mereka akan mengabaikan saham tersebut yang sangat berpotensi kepada naik ratusan persen dan beralih pada saham lain. Mereka melewatkan dampak compounding pada saham dimana suatu saham yang naik secara konsisten dari tahun ke tahun akan melipatgandakan modal investor yang berinvestasi di saham tersebut. Efek tersebut hanya akan didapatkan ketika berinvestasi jangka panjang bukan jangka pendek.

4. Tersangkut Pada Saham yang Jelek
Seorang day trader yang tak ingin merugi dengan cut loss akan membawa dirinya kepada tetap memegang saham yang telah dibelinya. Padahal itu diluar dari perencanaannya, dan beliau berharap semoga harganya naik kembali. Sebenarnya menjadi investor anggun namun permasalahannya kebanyakan trader menganalisa hanya memakai analisa teknikal dan mengabaikan fundamental. Saham yang naik puluhan persen masuk dalam kategori saham gorengan yang kebanyakan mempunyai mendasar dengan kualitas yang kurang bagus. Akhirnya trader tersangkut pada saham yang tak berkualitas dan justru dalam jangka panjang merugi lantaran pasar mencerminkan keadaan perusahaan dalam jangka panjang.

5. Ketika Melihat Saham yang Berpotensi Naik Seorang Trader Tidak Memaksimalkan Modalnya
Saham yang naik dan turun tinggi memang sangat menarik hati namun lantaran alhasil yang tinggi maka trader cenderung mengalokasikan sedikit asetnya kepada membeli saham tersebut. Misalnya saja seorang trader yang mengetahui suatu saham sanggup naik 30% besok namun juga ragu bahwa saham tersebut kecukupan juga sanggup turun puluhan persen maka beliau hanya mengalokasikan 10% portofolionya kepada saham tersebut. Ketika saham tersebut naik 30% itu tak akan terlalu berdampak pada portofolio lantaran bergotong-royong hanya menyumbang 3% pada portofolio. Maka dari itu inilah dilema dari seorang day trader ihwal alokasi portofolio pada saham yang potensial. Sebalikya investor sangat berani kepada menginvestasikan 90% portofolionya dan hanya memegang 10% cash lantaran telah dengan administrasi risiko ibarat diversifikasi dan pemilihan saham yang berfundamental baik.

Kesimpulan:
Itulah kelima alasan mengapa trading harian terlihat menjanapabilan namun tak baik kepada jangka panjang sesampai kemudian kalah dengan investor yang berorientasi bisnis. Jika anda tetap bersikukuh kepada menjadi day trader alhasil sangatlah tinggi sesampai kemudian take it at your own risk, you will either make it or break it but most people would go broke

Sumber https://www.stockdansaham.com/

Related Posts

0 Response to "5 Alasan Kenapa Trading Harian Tidak Menang Dalam Jangka Panjang"

Post a Comment