Analisa Hancurnya Saham Properti Lippo Cikarang (Lpck)
Monday, 1 January 2018
Add Comment
Bila anda mendengar Grup Lippo maka hal itu tentu sudah tak abnormal lagi alasannya ialah Grup Lippo merupakan salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia. Grup Lippo ini sudah bangun usang yakni pada tahun 1950 oleh Mochtar Riady. Bisnisnya berkembang pesat namun bisnisnya yang paling besar ada di sektor properti. Dulu saham properti Lippo mencatatkan kinerja yang sangat fenomenal. Sahamnya naik puluhan kali hanya dalam waktu sedikit tahun misalnya saja Lippo Cikarang (LPCK) dari tahun 2009-2014. Tentunya kenaikan tersebut di back up dengan mendasar yang bagus. Pada ketika itu kinerjanya sangat anggun sesampai kemudian menjadikan harga sahamnya naik drastis. Bahkan dalam sebuah artikel saya membahas mengenai bagaimana investor LPCK mendapat keuntungan yang besar. Namun semenjak tahun 2015 hingga kemudian kini saham LPCK mengalami downtrend dan itu bukan tanpa sebab. Sejak berada di puncak tertingginya 12000 di tahun 2015, LPCK sudah turun sebesar -83% ke level 2000. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai hal yang menjadikan saham LPCK jatuh dalam analisa mendasar dan hal berharga apa yang sanggup dipetik oleh investor dari tragedi ini.
Proyek Meikarta yang Kontroversial
Bila anda tinggal di Jabodetabek anda niscaya pernah kepada melihat iklan ihwal proyek Meikarta. Bahkan apabila anda suka menjelajahi sosial media dan internet maka proyek Meikarta niscaya pernah anda dengar. Nah proyek ini ialah proyek yang dicanangkan oleh Grup Lippo dan merupakan proyek terbesar yang pernah dikerjakan oleh Grup Lippo. Hal itu alasannya ialah diperkirakan proyek ini akan menelan dana hingga kemudian Rp 278 triliun. Sedangkan anda tahu sendiri bahwa hingga kemudian tahun 2018 ini asset yang dimiliki oleh LPCK hanya sebesar Rp 13 triliun dan ekuitas hanya senilai Rp 7,8 triliun atau cukup sanggup dibantu dengan perusahaan properti Lippo yang lain menyerupai Lippo Karawaci (LPKR), namun tetap saja asset LPKR hanya Rp 57,6 triliun dan ekuitas Rp 29,9 triliun. Sepertinya administrasi properti Lippo terlalu bernafsu dan bernafsu besar kepada menjalankan proyek besar ini. Di tambah lagi banyak problem yang muncul menyerupai izin AMDAL serta marketing sales yang tak sesuai asumsi alias kecil membuat kelangsungan proyek ini menjadi dipertanyakan. Investor yang cermat sudah keluar dari saham Grup Lippo sehabis isu-isu tak sedap keluar atau investor yang genius akan keluar sehabis Lippo mengumumkan proyek Meikarta alasannya ialah itu terlalu ambisius.
Kinerja Laporan Keuangan Menurun
Alasan besar dibalik penurunan harga saham LPCK ialah kinerjanya yang menurun. Di tahun 2015 keuntungan higienis LPCK masih tumbuh sebesar 7,6% dan pendapatannya masih meningkat sebesar 17,7%. Namun di tahun 2016 keuntungan bersihnya anjlok -41% dan pendapatannya juga turun -27%. Lalu hal tersebut berlanjut di tahun 2017 keuntungan bersihnya anjlok lagi -32% dan pendapatannya turun -1,82%. Sepertinya tren penurunan itu berlanjut ke 2018 alasannya ialah pendapatannya menurun sebesar -30% dan keuntungan higienis turun -56%. Itulah mengapa semenjak tahun 2015 saham LPCK mengalami penurunan yang besar. Hal itu alasannya ialah kinerja perusahaan yang menurun dan investor yang cerdas niscaya sudah menjual sahamnya di tahun 2015.
Kesimpulan:
Kinerja masa lampau yang cerah oleh LPCK tak membuat sahamnya layak investasi. Kinerja kedepannya dari LPCK kurang anggun sesampai kemudian harga sahamnya pun terus melorot. Pelajaran berharga yang sanggup diambil investor ialah biar tetap tak lengah dan lakukan terus analisa laporan keuangan secara periode.
Sumber https://www.stockdansaham.com/
0 Response to "Analisa Hancurnya Saham Properti Lippo Cikarang (Lpck)"
Post a Comment