Siklus 10 Tahunan Membayangi Ihsg Di 2018

Dari awal tahun hingga kemudian Maret ini pasar saham global telah terkoreksi secara besar-besaran. Di Amerika Serikat indeks S&P 500 sudah turun -4% dari awal tahun di Eropa indeks FTSE turun -9,5%. Di wilayah Asia indeks Nikkei 225 turun -12,3% dan Shanghai Composite index turun -5,8%. Sedangkan IHSG sendiri sudah turun -2% dari awal tahun. Bisa dibilang kuartal pertama pada tahun 2018 ini bursa baik domestik inginpun global mencatatkan kinerja yang negatif. Ketakpastian global semakin meningkat dan ancaman siklus 10 tahunan kembali mengancam Bursa Efek Indonesia dan terlihat semakin nyata. Siklus 10 tahunan ini dianggap sebagai siklus ekonomi kepada pasang dan surut serta contoh dari bursa saham.

 Dari awal tahun hingga kemudian Maret ini pasar saham global telah terkoreksi secara besar Siklus 10 Tahunan Membayangi IHSG di 2018

Siklus 10 Tahunan
Percaya atau tak percaya siklus 10 tahunan menjadi hal gres yang menjadi momok menakutkan. Seperti namanya siklus 10 tahunan ini merupakan siklus yang ada setiap sepuluh tahun atau satu dekade. Nama ini baru-baru muncul sesudah terjadi krisis global di tahun 2008 yang dikaitkan dengan krisis moneter di tahun 1998. Secara sekilas sesudah krismon 1998 krisis kembali terulang sempurna dalam waktu 10 tahun yaitu pada 2008 dan oleh alasannya itu banyak yang mengkhawatirkan bahwa di tahun 2018 ini siklus tersebut sanggup terulang. Polanya sama yakni dalam 10 tahun bursa saham akan mengalami kenaikan pesat hingga kemudian di final dekade bursa saham akan jatuh dengan sangat dalam hingga kemudian lebih dari -50% dalam setahun. Lalu bagaimana dengan 1988? Di tahun 1988 Bursa Efek di Indonesia tak sebesar kini dan masih sangat sedikit emiten yang tercatat dulunya sesampai kemudian tahun 1988 tak sanggup menjadi tolak ukur. Namun "Black Monday 1987" terjadi di Amerika Serikat yang menyebabkan turunnya saham-saham US dalam puluhan persen hanya dalam waktu satu bulan saja. Siklus 10 tahunan ini hanya sebuah asumsi saja dengan mengaitkan waktu dan kondisi yang ada di pasar.


Kendati siklus 10 tahunan terdengar ibarat mitos dan peramalan yang asal-asalan namun tanda-tandanya semakin terlihat terperinci di tahun 2018 ini. Hal ini semakin mengkhawatirkan bahwa siklus tersebut sanggup terjadi kembali. Tanda-tanda tersebut lebih cenderung berasal dari global dibandingkan dengan domestik. Pemburukan global sangat berdampak pada IHSG alasannya dana di IHSG masih sanggup dikendalikan oleh investor abnormal sesampai kemudian apabila investor abnormal keluar dari IHSG maka IHSG akan turun seiring dengan penjualan saham-saham oleh investor asing. Tanda-tanda siklus 10 tahunan semakin terlihat terperinci dan berikut ini yaitu sentimen negatifnya:


1. Bubble Pada Pasar Saham di Amerika Serikat
Kenaikan panjang di indeks saham Amerika Serikat bukan hanya memperlihatkan isu baik namun juga isu buruk. Dengan kenaikan yang besar dalam jangka waktu 10 tahun terakhir ini membuat saham di Amerika Serikat dihargai dengan sangat mahal. Saham-saham blue chip di Amerika Serikat biasa dihargai dengan PER diatas 40 dan itu artinya saham-saham di Amerika Serikat sudah sangat mahal. Morgan Stanley memprediksi bahwa indeks saham di Amerika Serikat hanya akan memperlihatkan imbal hasil 4,2% pertahun dalam rata-rata pada 10 tahun mendatang. Hal itu alasannya harga-harga saham di Amerika Serikat yang melonjak terlalu tinggi melebihi pertumbuhan keuntungan bersihnya. Kondisi ini ibarat di tahun 2000 dikala harga saham di Amerika Serikat sangat mahal alasannya bubble dot com dan kesannya memang indeks saham di Amerika Serikat tak bergerak dalam 10 tahun dari tahun 2000.

2. Pasar Saham USA Sudah Di Level Koreksi
Di bulan Maret ini pasar saham Amerika Serikat sudah berdarah-darah. Indeks S&P 500 sudah turun -6,8% dalam satu bulan ini.  Kendati masih jauh dari level penurunan secara double digit namun penurunan tersebut sudah sanggup dikatakan sebagai koreksi. Namun tak ada yang tahu apakah hal tersebut hanyalah sebatas koreksi atau sebuah awal menuju crash dalam pasar. Hal itu alasannya penurunan dengan crash diawali oleh penurunan kecil yaitu koreksi. Bila penurunan ini berlanjut hingga kemudian lebih dari 10% maka kenaikan panjang bull market di Amerika Serikat akan patah dan menciptakannya semakin terperinci terjadi crash.

3. Rupiah Melemah
Nilai tukar rupiah terhadap dollar di awal tahun ini fluktuatif namun cenderung melemah. Kendati rupiah sempat menguat dari level 13.500 ke level 13.300 namun kini rupiah melemah ke level 13.750. Kendati BI tak menetapkan sasaran rupiah dan hanya ingin membuat rupiah stabil namun APBN 2018 mengasumsikan nilai tukar rupiah di level 13.400 sesampai kemudian nilai tukar rupiah dikala ini lebih lemah dibandingkan asumsi APBN. Suku bunga the Fed sudah naik sedikit hari yang kemudian dari 1,5% menjadi 1,75% hal ini membuat nilai US Dollar menjadi lebih menarik dibandingkan sebelumnya. Nampaknya BI mempunyai PR yang berat dalam menyetabilkan rupiah di tahun ini alasannya kebijakan the Fed yang cenderung akan menaikkan ratenya alasannya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat yang meningkat.

4. Kebijakan Donald Trump yang Kontroversi
Mulai dari kampanye hingga kemudian ia menjabat Donald Trump tak pernah membuat dunia tenang. Kebijakan-kebijakan dan tindakan Donald Trump selalu menuai kontroversi. Hal itu mulai dari membatasi imigran, membuat tembok di perbatasan Meksiko, menyampaikan negara Afrika sebagai "Shithole", ancam-mengancam dengan Korea Utara serta skandal perselingkuhannya dengan bintang porno. Bisa dikatakan bahwa Donald Trump merupakan Presiden Amerika Serikat yang paling kontroversi. Amerika Serikat yang menyandang negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia dikala ini sangat disayangkan mendapat pemimpin yang ibarat ini. Pasar Global diwarnai was-was oleh tindakan Donald Trump dan dengan Presiden yang ibarat ini kecukupan kepada terjadi tragedi fatal sangat tinggi. Sesampai kemudian ketakpastian ekonomi di Amerika Serikat semakin tinggi apalagi ditambah dengan banyaknya bawahan Donald Trump yang mengundurkan diri.

5. Perang Dagang Amerika Serikat vs Cina
Dua negara ini memegang perekonomian terbesar di Dunia yaitu Amerika Serikat sebagai pemimpin pasar dan Cina sebagai runner up di urutan kedua. Apa yang terjadi apabila kedua negara ini melaksanakan perang dagang? Tentu saja ketakpastian akan perekonomian global akan semakin tinggi dan pasar sudah merespon negatif akan hal ini dengan penurunan yang besar dalam seminggu terakhir. Dibawah kepemimpinan Donald Trump, Amerika Serikat akan memperlihatkan tarif yang besar kepada impor materi baku dari Cina dan itu akan menyulitkan Cina dalam mengekspor ke Amerika Serikat. Cina juga menyatakan siap apabila nanti akan berperang dagang melawan Amerika Serikat. Meskipun Donald Trump menyampaikan Amerika Serikat akan diuntungkan oleh perang dagang ini namun pemerintah Cina menyampaikan bahwa tak akan ada yang menang dalam perang dagang ini. Dalam perekonomian ekspor dan impor merupakan acara yang saling diperlukan oleh negara dan pengurangan ekspor ataupun impor akan merugikan baik negara pengekspor inginpun pengimpor.

Lalu apa yang harus dilakukan?
Tentu saja semua tindakan mempunyai risiko dan tak ada yang sanggup memprediksi secara niscaya pergerakan pasar di masa depan. Risiko dan ancaman global terlihat lebih besar di tahun 2018 ini dan itu sanggup membuat pasar saham crash di tahun ini. Bagi anda yang merupakan seorang investor sejati maka crash hanyalah sebuah siklus dan apabila terjadi crash maka seorang investor akan tetap hening dan selalu berada di dalam pasar. Untuk investor yang berhati-hati tahun ini risiko sangatlah besar dan sanggup menunggu hingga kemudian pasar hening atau setaknya sesudah setengah tahun berlalu dan mulai masuk ke saham di kuartal ketiga. Namun setiap tindakan mempunyai risikonya, apabila tak terjadi crash dan pasar saham lanjut kepada naik maka investor yang berada di dalam pasarlah yang menikmati dan yang diluar pasar tak mendapat keuntungan. Investor yang ingin melindungi nilai asetnya sanggup mengalihkan ke reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap alasannya risikonya yang lebih kecil dibandingkan saham atau dengan membeli obligasi dan menaruh di deposito. Tindakan ibarat itu akan melindungi aset anda namun tetap bertumbuh.

Kesimpulan:
Tahun 2018 ini dibayangi oleh siklus 10 tahunan yang semakin konkret dengan banyaknya koreksi pada saham-saham di dunia. Kebijakan-kebijakan makro ekonomi sangat kuat dan banyak sentimen negatif yang ada di Amerika Serikat dan hal ini sanggup meningkatkan ketakpastian. Tidak ada yang tahu dengan niscaya kapan krisis terjadi sebelum benar-benar terjadi. Mungkin siklus 10 tahunan ini hanyalah sebuah mitos yang dibentuk hanya dengan mengkorelasikan waktu dengan tragedi krisis.

Sumber https://www.stockdansaham.com/

Related Posts

0 Response to "Siklus 10 Tahunan Membayangi Ihsg Di 2018"

Post a Comment